Geomorfologi adalah sebuah studi ilmiah terhadap
permukaan bumi dan poses yang terjadi terhadapnya. Secara luas, berhubungan
dengan landform (bentuk lahan)
tererosi dari batuan yang keras, namun bentuk konstruksinya dibentuk oleh
runtuhan batuan, dan terkadang oleh perolaku organisme di tempat mereka hidup. Surface (permukaan) jangan diartikan
secara sempit; harus termasuk juga bagian kulit bumi yang paling jauh.
Kenampakan subsurface terutama di
daerah batugamping sangat penting dimana sistem gua terbentuk dan merupakan
bagian yang integral dari geomorfologi. Secara singkat berikut ini
disajikan mengenai beberapa definisi geomorfologi yang dikemukakan oleh para
ahli yaitu:
1.
Lobeck(1939) menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi
tentang bentuklahan.
2.
Cooke dan Doornkamp(1987) menyatakan bahwa geomorfologi adalah studi
mengenai bentuklahan dan terutama tentang sifat alami, asal mula, proses
perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.
3.
Thornbury(1990) menyebutkan bahwa geomorfologi adalah ilmu pengetahuan tentang
bentuklahan.
4.
Zuidam dan Concelado(1979) juga menyatakan bahwa
Geomorfologi adalah studi yang menguraikan bentuklahan dan proses yang
mempengaruhi pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik antara
bentuklahan dengan proses dalam tatanan keruangannya.
5.
Verstappen(1983) bentuklahan adalah menjadi sasaran
Geomorfologi bukanhanya daratan tetapi juga yang terdapat di dasar laut (lautan
dengan demikian obyek kajian dari Geomorfologi berdasarkan definisi-definis
tersebut adalah bentuklahan, bukan hanya sekedar mempelajari bentuk-bentuk yang
tampak saja, tetapi juga menafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa
terjadi, proses apa yang mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi.
Misalnya, dalam mempelajari pegunungan, lembah-lembah atau bentukan-bentukan
lain yang ada di permukaan bumi, bukan hanya mempelajari dalam arti mengamati
serta mengukur bentukan-bentukan tersebut, tetapi juga mnedeskripsikan dan
menganalisa bagaimana bentukan itu terjadi. Dalam hal ini kita harus
berhati-hati, karena pada bentukan yang tampak sama, ada kemungkinan latar
belakang pembentukan dan kejadiannya tidak sama, bahkan sangat berbeda sekali.
Umpamanya suatu deretan pegunungan, mungkin terjadi karena pelipatan kulit
bumi, patahan, mungkin juga karena hasil pengerjaan erosi yang demikian hebat,
sehingga menimbulkan relief permukaan bumi yang bervariasi, dan penyebab
lainnya.
Geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu
geografi, mempelajari tentang bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas
sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam(landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform). Bentuk lahan terdiri dari sistem
pegunungan, perbukitan, vulkanik, karst,
alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang
ada di bawah lapisan permukaan bumi. Pengamatan dan identifikasi bentuk lahan seperti
dilakukan langsung di lapangan dengan melakukan field trip atau dapat juga
dilakukan dengan interprestasi foto udara atau dengan Analisis Citra Satelit
(ACS). Pengindraan jauh sebagai alat bantu untuk memantau atau mengamati objek
muka biumi tanpa ada sentuhan secara langsung, anatara lain berupa foto udara
atau citra satelit.
Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan
pandangan jarak jauh atau kalau menggunakan foto udara atau citra satelit
menggunakan skala gambar kecil. Sebaliknya untuk bentang lahan mudah diamati
dari jarak dekat atau dengan foto udara atau citra satelit dengan skala lebih
besar.
Dengan pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara akan diperoleh informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform, rock, soil, slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace, land use).
Dengan pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara akan diperoleh informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform, rock, soil, slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace, land use).
Dengan melakukan fieldtrip akan semakin dikenal betul macam bentuk lahan dilapangan,
sehingga mudah untuk mengingatnya kembali jika pernah melihat secara langsung
dan sebagai bekal memori pada saat melakukan interpretasi foto udara (IFU).
Bentuk lahan walupun mudah diamati dengan foto
udara tapi perlu dilakukan pendekatan dengan melakukan mendatangi langsung ke
lapangan dalam bentuk kunjungan lapangan (field
trip). Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih memastikan unsur pembentuk landform tersiri dari komposisi atau
susunan batuan apa saja. Disamping itu dengan survai lapangan akan diperoleh
beberapa kunci interpretasi fotro udara (IFU) dari hasil kunjungan lapangan
pada berbagai bentuk lahan yang berbeda. Sehingga dengan kunci IFU akan
diperoleh analaisis bentuk lahan yang lebih lengkap yang merupakan satu
komponen penyusun bentang lahan.
Bentuk muka bumi yang kompleks telah menjadi suatu
pokok bahasan tersendiri khususnya dalam usaha pemanfaatannya. Dalam hal ini
setiap bentukan lahan mempunyai kapasitas berbeda dalam mendukung suatu usaha
pemanfaatan yang tentunya mengarah untuk tepat guna. Sehingga dengan tujuan
sama yaitu bermaksud menyederhanakan bentuk lahan permukaan bumi yang kompleks
ini, maka pemahaman mengenai ilmu geomorfologi yang mempelajari
bentukan-bentukan lahan menjadi sangat penting.
Penyederhanaan muka bumi yang kompleks ini
membentuk suatu unit-unit yang mempunyai kesamaan dalam sifat dan
perwatakannya. Kesatuan sifat ini meliputi kesamaan struktur geologis atau
geomorfologis sebagai asal pembentukannya, proses geomorfologis sebagai pemberi
informasi bagaimana lahan terbentuk, dan kesan topografis yang akan memberikan
informasi tentang konfigurasi permukaan lahan. Dengan adanya informasi tersebut
perencanaan penggunaan lahan secara tepat akan dapat lebih terwujud.
Pengaruh dari erosi oleh: air, angin, dan es,
berkolaborasi dengan latitude,
ketinggian dan posisi relatif terhadap air laut. Dapat dikatakan bahwa tiap
daerah dengan iklim tertentu juga memiliki karakteristik pemandangan sendiri
sebagai hasil dari erosi yang bekerja yang berbeda terhadap struktur geologi
yang ada.
Torehan air terhadap lapisan batugamping yang
keras dapat berupa aliran sungai yang permanen dan periodik, dapat juga
merupakan alur drainase yang melewati
bagian-bagian yang lemah. Sehingga membentuk cekungan-cekungan pada bagian yag
tererosi dan meninggalkan bagian yang lebih tinggi yang susah tererosi. Ukuran
dari cekungan dan tinggian ini bisa beberapa centimeter sampai beberapa
kilometer.
A. Morfologi makro
Dibawah ini adalah beberapa bentuk morfologi permukaan karst dalam ukuran meter sampai kilometer:
1.
Swallow hole
Lokasi dimana aliran permukaan
seluruhnya atau sebagian mulai menjadi aliran bawah permukaan yang terdapat
pada batugamping. Swallow hole yang
terdapat pada polje sering disebut ponor (Marjorie M. Sweeting, 1972).
Pengertian ini dipergunakan untuk menandai tempat dimana aliran air menghilang
menuju bawah tanah.
2.
Sink hole
Biasanya disebut juga doline, yaitu bentukan negatif yang
dengan bentuk depresi atau mangkuk dengan diameter kecil sampai 1000 m lebih (William
B. White, 1988)
3.
Vertical shaft
Pada bentuk ideal, merupakan
silinder dengan dinding vertikal merombak perlapisan melawan inclinasi
perlapisan (William B. White, 1988)
4.
Collapse
Collapse adalah jenis
morfologi karst yang berbentuk runtuhan.
5.
Cockpit
Bentuk lembah yang ada di
dalam cone karst daerah
tropik yang lembab. Kontur cockpit tidak melingkar seperti pada doline tetapi seperti bentuk bintang
dengan sisi-sisi yang identik, yang menunjukkan bahwa formasi cone merupakan faktor penentunya (Alfred
Bogli, 1978)
6.
Polje
Depresi aksentip daerah karst, tertutup semua sisi, sebagian
terdiri dari lantai yang rata, dengan batas-batas terjal di beberapa bagian dan
dengan sudut yang nyata antara dasar/ lantai dengan tepi yang landai atau
terjal yaitu fink, union Internationale
de Speleologie
7.
Uvala
Cekungan karst yang luas,
dasarnya lebar tidak rata (Cjivic, 1901) lembah yang memanjang kadang-kadang
berkelak-kelok, tetapi pada umumnya dengan dasar yang menyerupai cawan (Lehman,
1970)
8.
Dry valley
Terlihat seperti halnya lembah
yang lainnya namun tidak ada aliran kecuali kadang-kadang setelah adanya es
yang hebat diikuti oleh pencairan es yang cepat (G.T. Warwick, 1976).
Pulau Jawa
memiliki kawasan karst yang cukup spesifik yaitu karst Gunung Sewu, dimana bentukan bukit-bukit seperti cawan
terbalik (cone hill) dan kerucut (conical hill) begitu sempurna dengan
lembah-lembahnya. Bukit merupakan residu erosi dan lembahnya adalah merupakan
daerah diaman terjadi erosi aktif dari dulu sampai sekarang. Bagian-bagian
depresi atau cekungan merupakan titik terendah dan menghilangnya air permukaan
ke bawah permukaan.
Erosi
memperlebar struktur (lihat geologi gua dan teori terbentuknya gua), kekar,
sesar, dan bidang lapisan, dan membentuk gua-gua, baik vertikal maupun
horisontal. Gua-gua juga dapat terbentuk karena adanya mata air karst. Mata air (spring) karst ini ada beberapa jenis yaitu :
1.
Bedding spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi
pelebaran bidang lapisan.
2.
Fracture spring, mata air yang terbentuk pada tempat dimana terjadi
pelebaran bidang rekahan.
3.
Contact spring, mata air yang terbentuk karena adanya kontak
antara batu gamping dan batu lain yang impermiabel.
Disamping
itu secara khusus ada jenis mata air yang berada di bawah permukaan air laut
disebut dengan vrulja.
B. Morfologi mikro
Ada kawasan
karst dengan sudut dip yang kecil dan permukaannya licin.
Area ini dipisah-pisahkan dalam bentuk blok-blok oleh joint terbuka, disebut dengan grike-bahasa Inggris, atau Kluftkarren-bahasa Jerman. Bentukan-bentukan minor ini dalam bahasa
Jerman memiliki akhiran karren (lapies-Bahasa
Perancis). Sering permukaan blok itu terpotong menjadi sebuah pola dendritic
dari runnel dengan deretan dasar (round)
dipisahkan oleh deretan punggungan (ridge)
yang mengeringkannya kedalam grike
terlebih dahulu. Juga terkadang mereka memiliki profil panjang yang hampir
mulus. Bentukan ini disebut Rundkarren. Tipe lain adalah Rillenkarren yang
memiliki saluran yang tajam, ujung punggungan dibatasi oleh deretan saluran
berbentuk V. Biasanya nampak pada permukaan yag lebih curam daripada
rundkarren, dengan saluran sub-paralel dan beberapa cabang. Microrillenkarren
merupakan bentuk gabungan tetapi hanya memiliki panjang beberapa centimeter dan
lebarnya 10-20 mm. Pseudo karren, memiliki bentuk sama dengan rundkarren dan
rinnenkarren. Tetapi hanya terjadi pada granit di daerah tropik yang lembab.
Sumber : Berbagai Sumber.
0 komentar:
Posting Komentar