Powered By Blogger

Jumat, 26 April 2013

Sword Art Online Chapter 7



Chapter 7

Jam 9 pagi.
Cuaca hari ini settingnya agak mendung, dan kabut pagi yang menutupi kota masih belum hilang sepenuhnya. Cahaya dari luar yang memantul di kabut, mewarnai kota dengan warna kuning-lemon.
Menurut kalender Aincrad, bulan ini adalah <Month of the Ash Tree>, yang berarti sekarang sudah mendekati akhir musim gugur. Temperatur yang sedikit dingin membuat bulan ini sebagai bulan yang paling menyegarkan di tahun ini. Tapi sekarang ini, aku merasa tidak begitu menyukai cuacanya.
Aku sedang menunggu Asuna di gate plaza di area pemukiman dari lantai 74. Entah kenapa aku tidak bisa tidur semalam, dan yang kulakukan di atas kasurku adalah berguling kesana kemari. Kupikir aku akhirnya bisa tertidur sekitar jam tiga pagi lewat sedikit. Ada banyak sekali fungsi di SAO yang bisa membantu player tapi sayangnya tombol yang bisa membuatmu tertidur tidak termasuk kedalamnya.
Anehnya, justru kebalikannya ada. Di dalam option yang berhubungan dengan waktu di menu, ada sesuatu yang disebut <Alarm Clock> yang memaksa pemain untuk bangun dari tidur mereka. Tentu saja pilihan untuk bangun atau atau tidak sepenuhnya ada pada keputusanmu, tapi aku berhasil mengumpulkan cukup tekad untuk merangkak keluar dari kasurku ketika sistemnya membangunkanku jam sembilan kurang sepuluh menit.
Mungkin untuk membantu para pemain yang malas, pemain tidak harus mandi ataupun mengganti baju di game ini—meski begitu ada beberapa pemain yang sepertinya tetap mandi setiap harinya. Tapi karena mereplika air itu sangat sulit bahkan bagi Nerve Gear, maka di SAO tidak ada mandi yang seperti di dunia nyata. Setelah bangun sedikit dekat dengan waktu janjian, aku memakai semua equipment ku dalam waktu dua puluh detik, dan berjalan menuju teleport gate di Algade dan teleport menuju ke lantai 74 dengan sedikit santai, dan sedikit jengkel karena kurang tidur, tapi-
“Dia terlambat…”
Sekarang sudah jam sembilan lewat sepuluh menit. Para pemain yang rajin mulai muncul dari gerbang dan berjalan menuju ke Labyrinth area sedikit demi sedikit.
Tanpa ada kegiatan apapun, aku melihat kearah peta labyrinth dan level skill, dan stats ku yang sebagian besar sudah aku ingat.
Ahh, kuharap aku punya game portable atau sejenisnya.
Aku tertegun dan tak bisa berkata apa-apa karena pikiran itu. Berharap bisa main game didalam game, aku menjadi semakin parah saja.
Apakah aku boleh pulang dan kembali tidur... Aku bahkan mulai berpikir seperti itu. Efek teleport berwarna biru lainnya kembali muncul didalam gerbang entah sudah yang keberapa kalinya. Aku melihat tanpa terlalu berharap. Tapi kemudian-
“Kyaaaaa! Tolong minggir dari situ-!”
“Ahhhhhh!?”
Biasanya pemain yang teleport muncul diatas tanah, tapi orang ini muncul satu meter diatas udara dan—terbang menuju kearahku.
“Huh, huh…!?”
Tidak mempunyai waktu untuk menangkap atau menghindar, kami bertabrakan dan terjatuh ke tanah. Bagian belakang kepalaku memembentur lantai batu dengan keras. Jika aku tidak berada di safe area, beberapa titik dari HP ku pasti akan menghilang.
Ini berarti—sepertinya, pemain bodoh ini melompat ke dalam gate di sisi lain dan muncul seperti itu disini. Pikiran itu muncul didalam kepalaku. Masih sedikit pusing, aku mengangkat tanganku dan memegang orang bodoh diatasku untuk mendorongnya bangun.
“…hmm?”
Aku merasakan sesuatu yang aneh dan kenyal ditanganku. Aku meremasnya dua, tiga kali untuk memastikan apa benda kenyal dan elastis yang ada di tanganku.
“K-Kya-!!”
Tiba-tiba sebuah teriakan keras terdengar di telingaku dan kepalaku membentur lantai lagi. Pada saat yang sama, berat yang menimpa tubuhku menghilang.
Di depanku, ada seorang pemain wanita yang duduk di lantai, mengenakan seragam knight berwarna putih dengan lambang merah diatasnya dan sebuah rok mini selutut, dengan sebuah rapier berwarna perak-putih di sarung pedangnya. Dan entah kenapa, dia melotot kearahku dengan mata yang terlihat sangat marah. Wajahnya mengalami efek emosi tertinggi dan seluruh wajahnya memerah hingga ke telinganya, dan kedua tangannya menyilang untuk melindungi dadanya-…dada…?
Aku segera sadar apa yang baru saja kuremas dengan tangan kananku. Pada saat yang sama aku menyadari, agak sedikit terlambat, kalau aku sedang berada dalam situasi yang berbahaya. Semua langkah menghindari bahaya yang sudah kulatih di kepalaku menghilang. Sambil membuka dan menutup tangan kananku, tanpa tahu harus melakukan apa denganna, Aku membuka mulutku.
“H-Hey. Selamat pagi, Asuna.”
Kemarahan di matanya terlihat lebih jelas lagi. Itu adalah mata dari orang yang sudah berniat untuk mengeluarkan senjata mereka.
Aku mulai berpikir apakah perlu untuk <kabur> ketika gerbangnya kembali bersinar biru lagi. Asuna melihat kebelakang dengan ekspresi terkejut dan buru-buru bangun untuk bersembunyi dibelakangku.
“Eh…?”
Tanpa tahu apa-apa, aku ikut berdiri. Gerbangnya bersinar semakin terang ketika seseorang muncul ditengahnya. Kali ini playernya muncul diatas tanah.
Ketika cahayanya memudar, aku mengenali wajah orang yang muncul itu, dan jubah putih dengan symbol merah diatasnya. Orang itu, orang yang mengenakan seragam KoB dan membawa pedang yang terlihat sedikit terlalu dihiasi, adalah pengawal berambut panjang yang mengikuti Asuna berkeliling kemarin. Namanya kalau tidak salah adalah Cradil atau apalah itu.
Cradil semakin menggerutu ketika dia melihat Asuna dibelakangku. Dia tidak terlihat begitu tua. Dia mungkin baru berumur sekitar dua puluh tahunan, tapi kerutan diwajahnya membuatnya terlihat lebih tua. Dia menggertakkan giginya dengan keras hingga kami hampir bisa mendengarnya dan berbicara dengan suara yang terdengar sedikit marah.
“A…Asuna-sama, kau tidak boleh bertindak semaumu seperti ini…!”
Ketika aku mendengar suara histerisnya, aku berpikir Ini pasti akan merepotkan dan menurunkan bahuku sedikit. Dengan matanya yang sipit itu memandangku dengan tajam, Cradil berbicara lagi.
“Ayo, Asuna-sama, kita kembali ke markas pusat.”
“Tidak. Aku bahkan tidak sedang bertugas hari ini! …dan Cradil, kenapa kau berdiri di depan rumahku pagi-pagi sekali?”
Asuna menjawab dengan marah dibelakangku.
“Fufu, aku tahu kalau situasi seperti ini akan terjadi, makanya aku mulai pergi ke Salemburg untuk mengawasi rumahmu sejak sebulan yang lalu.”
Aku hanya bisa terkejut mendengar jawaban bangga Cradil. Asuna juga kaget. Setelah kesunyian selama beberapa saat Asuna berbicara dengan suara yang agak dipaksakan.
“Itu…itu bukan bagian dari perintah ketua kan…?”
“Tugasku adalah untuk mengawalmu, Asuna-sama. Mengawasi rumahmu juga termasuk kedalam…”
“Apa yang kau maksudkan dengan termasuk, idiot!”
Cradil berjalan mendekat dengan ekspresi yang semakin marah dan jengkel, lalu mendorongku dan menarik tangan Asuna.
“Kau sepertinya tidak mengerti. Tolong jangan seperti ini. …sekarang ayo kembali ke markas.”
Asuna terlihat ketakutan mendengar suara yang terdengar seperti menyembunyikan sesuatu itu. Dia melihatku dengan pandangan memohon.
Sejujurnya aku berpikir untuk kabur seperti yang selama ini aku lakukan hingga sekarang. Tapi begitu melihat mata Asuna, tanganku mulai bergerak dengan sendirinya. Aku memegang tangan kanan Cradil, tangan yang menarik asuna, dan menguatkan tenaga di tanganku tepat sebelum crime prevention code nya aktif.
“Maaf, tapi aku akan meminjam wakil ketuamu untuk hari ini.”
Kalimat itu terdengar bodoh bahkan ditelingaku, tapi aku tidak bisa mundur sekarang. Cradil, yang sengaja mengabaikanku hingga sekarang, mengerutkan wajahnya dan menarik tangannya menjauh.
“Kau…!”
Dia berteriak dengan suara yang sedikti serak. Bahkan jika sistemnya melebih-lebihkan ekspresi pemain, masih ada sesuatu yang aneh dibalik suaranya.
“Aku akan menjamin keselamatan Asuna. Ini tidak seperti kalau kami akan melawan boss hari ini. Kau bisa kembali ke markas sendiri.”
“J…Jangan bercanda denganku!! Kau pikir pemain payah sepertimu bisa melindungi Asuna-sama!!”
“Lebih baik daripadamu, pastinya.”
“K-Kau kurang ajar…! J-Jika kau bisa berbicara sombong seperti itu berarti kau sudah siap dengan konsekuensinya kan…?”
Cradil, dengan wajahnya yang semakin putih, memanggil layar menu dengan tangan kanannya dan memanipulasinya dengan cepat. Lalu ada sebuah system message yang agak tembus pandang muncul didepanku. Aku sudah bisa mengira apa itu sebelum aku membacanya.
[Sebuah duel 1-lawan-1 telah diminta oleh Cradil. Apa kau menerimanya?]
Dibawah pesan yang tak berekspresi itu terdapat tombol Yes/No dan beberapa option lain. Aku melirik kesamping kearah Asuna. Dia tidak bisa melihat ke pesannya tapi dia terlihat telah mengerti apa yang terjadi. Kupikir dia akan mencoba menghentikanku, tapi mengejutkannya dia mengangguk dengan sedikit ekspresi kaku diwajahnya.
“…apa ini boleh? Tidakkah ini akan membuat masalah ke guild mu…?”
Asuna menjawab pertanyaan bisikanku dengan bisikan juga.
“Tidak apa-apa. Aku akan melaporkan sendiri hal ini ke ketua.”
Aku mengangguk, lalu menekan tombol Yes dan memilih option <First Strike Mode>.
Ini adalah duel yang bisa dimenangkan dengan mendaratkan satu pukulan telak atau dengan mengurangi HP musuh hingga setengah. Pesannya berubah menjadi [Kau telah menerima duel 1-lawan-1 dengan Cradil], dan sebuah hitungan mundur muncul 60 detik muncul dibawahnya. Disaat angkanya mencapai nol, HP protection system yang ada di dalam kota akan dihilangkan sementara, dan dia dan aku akan bisa beradu pedang hingga salah satu dari kami menang.
Cradil sepertinya telah menafsirkan kalau Asuna setuju.
“Tolong lihat, Asuna-sama! Aku akan membuktikan kalau tidak ada orang selain aku yang lebih baik untuk mengawalmu!”
Dia berteriak dengan ekspresi yang hanya bisa menutupi kesenangannya sedikit, menarik keluar two-handed sword besarnya dari pinggangnya, dan bersiap dengan suara pedang berbunyi 'clank'.
Aku memastikan kalau Asuna telah mundur sedikit jauh sebelum aku menarik one-handed sword ku dari punggungku. Seperti yang bisa diduga dari anggota guild terkenal, pedangnya terlihat jauh lebih bagus dari punyaku. Bukan hanya perbedaan ukuran antara one-handed dan two-handed sword, tapi juga pedangku hanyalah senjata simple, sedangkan pedangnya telah didekorasi penuh oleh seorang top class craftsman.
Ketika kami berdiri sejauh lima meter, menunggu hitung mundurnya untuk berakhir, orang-orang mulai berkumpul disekitar kami. Ini tidak begitu aneh. Ini adalah gerbang plaza di tengah kota, dan kami berdua adalah player yang lumayan terkenal.
“Solo Kirito dan seorang anggota KoB akan duel!”
Ketika seseorang meneriakkan kalimat itu, sorakan terdengar disana-sini. Karena duel biasanya adalah untuk membandingkan skillmu dengan seorang teman, semua penonton bersorak dan bersiul, tidak peduli akan situasi yang menyebabkan semua ini.
Tapi saat timer nya mulai mendekati nol, semua suara mulai menghilang. Aku merasa benang dingin melintas melewati tubuhku seperti ketika aku bertarung dengan monster. Aku memfokuskan diri untuk membaca suasana di sekitar Cradil, yang melihat kesana kemari karena jengkel, dan memeriksa cara berdirinya dan bagaimana kakinya bergerak.
Manusia biasanya menunjukkan kebiasaan tertentu saat mereka akan menggunakan sebuah skill. Apakah itu adalah skill menerjang atau bertahan, atau jika dia akam memulai dari bawah atau dari atas, jika tubuh mereka menunjukan ciri-ciri seperti itu maka itu akan menjadi kelemahan yang fatal.
Pedang Cradil sedikit condong kebelakang di bagian tengah tubuhnya dan bagian bawah tubuhnya membongkok kebawah. Itu jelas-jelas tanda kalau dia akan menggunakan serangan menerjang dari atas. Tentu saja, itu mungkin adalah tipuan. Aku sendiri sebenarnya bersikap dengan pedangku di postur yang rendah dan relax, memberikan kesan kalau serangan pertamaku adalah serangan lemah kebagian bawah tubuhnya. Kau hanya bisa mengandalkan pengalaman dan "perasaan"mu ketika mencari tipuan.
Ketika hitung mundurnya memasuki satu digit, aku menutup windownya. Aku bahkan tidak bisa mendengar suara di sekelilingku lagi.
Aku melihat Cradil, yang sejak tadi melirik dari arahku ke window dan kembali lagi, menjadi kaku ketika otot tubuhnya menjadi tegang. Kata [DUEL!!] muncul diantara kami dan aku melompat. Percikan api muncul dari bawah sepatuku dan udara berbunyi ketika bahuku memotong melewatinya.
Cradil juga bergerak bersamaan denganku. Tapi ada ekspresi kaget di wajahnya, karena aku telah menghancurkan dugaannya kalau aku akan menyerang dengan skill serangan rendah tipe bertahan dan menerjang.
Serangan pertama Cradil, seperti yang kuduga, sebuah serangan tinggi two-handed sword charge skill: <Avalanche>. Jika pertahanan terlalu lemah, si penahan mungkin bisa memblok serangannya tapi tidak bisa segera melakukan counterattack karena benturannya, sedangkan player yang menggunakannya bisa mempersiapkan gaya berdirinya lagi, karena terjangannya membuat jarak diantara mereka. Itu adalah sebuah skill level tinggi yang sangat bagus. Yah setidaknya untuk melawan monster.
Aku, yang sudah membaca apa yang akan dilakukan Cradil, memilih skill tipe menerjang <Sonic Leap>. Jika kami berdua terus menerjang, skill kami akan beradu.
Jika kita melihat hanya dari kekuatan skill, dialah yang lebih kuat, dan systemnya akan menguntungkan skill yang lebih berat jika dua serangan beradu. Jika begitu pedangku akan dipantulkan dan skillnya akan mengenaiku, sedikit diperlemah tapi masih cukup untuk mengahiri duel. Tapi aku tidak mengincar Cradil.
Jarak diantara kami semakin menyempit dengan cepat. Tetapi persepsiku juga sudah semakin cepat, dan aku merasa seperti waktu menjadi semakin pelan. Aku tidak yakin jika ini adalah hasil dari system atau ini adalah kemampuan yang dimiliki manusia. Yang kutahu adalah aku bisa melihat semua gerakannya.
Pedangnya, yang condong kebelakang, mulai mengeluarkan sinar orange dan menuju kearahku dengan cepat. Stats nya pasti agak tinggi, seperti yang bisa kau bayangkan dari anggota guild terbaik, tapi waktu yang dibutuhkan skillnya untuk dimulai lebih cepat dari dugaanku. Pedang yang bersinar terang itu menuju kearahku. Jika aku mengenai skill itu dengan telak tanpa ragu lagi aku akan menerima damage yang cukup untuk mengakhiri duel. Wajah Cradil menunjukkan kenikmatan dari kemenangan yang terlihat di depan mata. Tapi-
Pedangku, dengan bagian kepalanya duluan, bergerak agak lebih cepat, membuat sebuah garis hijau dan mengenai pedangnya sebelum serangan dia berakhir. Systemnya mengkalkulasikan damage yang dihasilkan oleh pedangku, dan menciptakan percikan yang besar.
Hasil lain dari dua senjata beradu adalah <Weapon Break>. Itu hanya mungkin terjadi ketika sebuah senjata menerima pukulan berat dibagian lemah strukturnya.
Tapi aku yakin kalau senjatanya akan hancur. Senjata dengan dekorasi yang terlalu banyak punya ketahanan yang rendah.
Seperti yang kuduga—dengan sebuah suara yang menyakitkan telinga—pedang two-handed Cradil patah. Muncul efek seperti ledakan.
Kami melewati satu sama lain ditengah udara dan mendarat ditempat orang yang satunya melompat. Setengah bagian yang patah dari pedangnya berputar diudara, memantulkan sinar matahari, sebelum tertancap di lantai batu diantara kami. Setelah itu, patahan yang ada di lantai dan di tangan Cradil pecah menjadi polygon fragment.
Kesunyian menguasai plaza selama beberapa saat. Semua penonton membeku dengan mulut mereka yang terbuka lebar. Tapi ketika aku mendarat, berdiri, dan mengayunkan pedangku dari kiri ke kanan karena kebiasaan, mereka mulai bersorak.
“Hebat!”
“Apa dia mungkin mengincar hal itu!?”
Ketika aku mendengar semua orang mulai mengkritik pertarungan singkat itu, aku menghela napas. Bahkan jika itu hanya satu skill, menunjukkan bahkan hanya satu kartu dari tanganku bukanlah sesuatu yang bisa kugembirakan.
Dengan pedang di tanganku aku mulai berjalan kearah Cradil terduduk dengan punggungnya yang mebelakangiku. Punggungnya, yang ditutupi oleh jubah putih, bergetar dengan keras. Setelah menyarungkan pedangku dengan suara kencang yang disengaja, aku berkata dengan suara pelan.
“Jika kau ingin menantangku lagi dengan senjata baru aku akan melawanmu lagi…tapi ini sudah cukup kan?”
Cradil bahkan tidak mencoba untuk melihat kearahku. Dia menggoncangkan tangannya di lantai seperti orang gila. Tapi dia mengatakan dengan suara yang bergetar “Aku mundur dari pertarungan.” Seharusnya dia bisa mengatakan <Aku menyerah> atau <Aku kalah> kan.
Segera setelahnya, sebaris dari garis berwarna ungu muncul tepat dimana itu pertama muncul ketika itu menunjukkan saat pertarungan dimulai, kali ini menunjukkan kalau pertarungan telah berakhir dan pemenangnya. Sorakan lainnya terdengar, kemudian Cradil berdiri terhuyung dan berteriak pada para penonton.
“Apa yang kalian lihat! Pergi kalian!”
Lalu dia berbalik perlahan kearahku.
“Kau… Aku akan membunuhmu… Aku pasti akan membunuhmu…”
Aku tidak bisa menyangkal kalau aku agak takut dengan mata itu.
Emosi di SAO terasa sedikit berlebihan, tapi dengan kebencian yang terlihat di mata sipit Cradil, matanya terlihat lebih menyeramkan dari monster.
Seseorang berdiri di sampingku ketika aku terkejut.
“Cradil, Aku memerintahkanmu sebagai wakil ketua dari Knights of the Blood. Aku membebas tugaskanmu dari jabatan sebagai pengawal. Kembalilah ke markas dan tunggu disana hingga ada perintah lebih lanjut.”
Kata-kata dan ekspresi Asuna keduanya dingin. Tapi aku merasa ada rasa stress dibalik suaranya dan tanpa sadar memegang pundaknya. Asuna sedikit menyandarkan tubuhnya yang tegang.
“…ap…apa-apaan…ini…”
Suara itu sedikit terdengar di telinga kami. Sisanya, mungkin sekumpulan kata kutukan yang tidak keluar dari mulutnya. Cradil melotot kearah kami. Tidak salah lagi dia berpikir untuk menyerang kami dengan senjata cadangannya, meskipun dia tahu kalau crime prevention code akan menghentikannya.
Tapi dia bisa menahan diri dan mengambil keluar sebuah teleport crystal dari dalam jubahnya. Dia mengangkatnya, menggenggamnya dengan begitu kuat hingga aku berpikir kalau itu akan hancur, dan bergumam “Teleport…Grandum.” Dia memeloloti kami dengan kebencian bahkan ketika badannya mulai menghilang didalam cahaya biru.
Ketika cahayanya menghilang, sebuah kesunyian yang menusuk menyebar di sekitar plaza. Para penonton terlihat kaget dengan kemarahan Cradil, tapi mereka segera pergi dalam kelompok-kelompok kecil. Pada akhirnya hanya aku dan Asuna sajalah yang tertinggal.
Apa yang harus aku katakan? Pikiran itu berputar-putar dikepalaku, tapi karena aku telah hidup sendiri selama dua tahun, tidak ada satupun hal berguna yang muncul di pikiranku. Aku bahkan merasa tidak ingin memastikan apa aku melakukan hal yang benar atau tidak.
Lalu akhirnya Asuna berjalan dan mulai berbicara dengan suara yang rapuh.
“…maaf. Aku membuatmu terlibat dalam hal ini.”
“Tidak…Aku sih tidak apa-apa, Tapi apa kau akan baik-baik saja?”
Menggelengkan kepalanya perlahan, si wakil ketua dari guild terkuat memberikan senyuman yang bersemangat tapi lemah.
“Yeah, Kupikir aku juga salah karena memaksakan peraturan guild kepada semuanya dengan keras demi menyelesaikan game nya lebih cepat lagi…”
“Kupikir…wajar kau melakukan hal seperti itu. Jika mereka tidak mempunyai orang sepertimu kecepatan menyelesaikan game ini akan sangat berkurang. Yah, itu bukan hal yang bisa dikatakan oleh player solo pemalas sepertiku…ah, aku tidak bermaksud begitu.”
Aku bahkan tidak tahu apa yang ingin kukatakan lagi, jadi aku mengatakan apapun yang muncul di kepalaku.
“…jadi, tidak ada yang akan protes, jika kau…mengambil cuti sementara dengan seseorang yang tidak memikirkan apapun sepertiku.”
Mendengar kata-kata itu Asuna berkedip beberapa kali dengan ekspresi bingung, lalu dia tersenyum yang agak pahit dan mengendurkan raut wajahnya.
“…yah, aku mengucapkan terima kasih. Kalau begitu aku akan menikmati hari ini sebanyak yang aku bisa. Aku akan mempercayakan posisi menyerang padamu.”
Dia berbalik dengan semangat dan mulai berjalan melewati jalan yang menuju keluar kota.
“Apa? Hey! Menyerang kan seharusnya dilakukan bergantian!”
Bahkan ketika aku mengkomplain, aku menghela napas karena lega dan ikut berjalan kearah rambut berwarna coklat-chestnut yang tertiup angin dengan perlahan. 

Sumber by : http://indrasitomcat.blogspot.com/2012/11/download-novel-sword-art-online-sao_23.html

Kalo mau download animenya gw saranin di animehere gan.

Sword Art Online Chapter 6



Chapter 6
Salemburg adalah kota yang mirip dengan kastil dengan pemandangan indah yang terletak di lantai 61.
Kota Salemburg tidak terlalu besar. Tapi kota dengan kastil yang berada ditengahnya itu terbuat dari batu granit putih, dan diwarnai dengan warna hijau yang kontras. Ada lumayan banyak toko di sini jadi ada banyak player yang ingin menjadikan kota ini sebagai rumah mereka. Tapi karena karena rumah-rumah disini sangatlah mahal—harganya mungkin setidaknya tiga kali lebih mahal dibandingkan harga rumah di Algade—hampir mustahil untuk membelinya kecuali kau sudah berlevel tinggi.
Ketika Asuna dan aku sampai di teleport gate Salemburg, mataharinya hampir terbenam, dan sinar terakhir dari matahari yang berwarna ungu tua menyinari jalanan.
Sebagian besar dari lantai 61 dipenuhi oleh sebuah danau besar dan Salemburg berada di sebuah pulau ditengahnya, jadi orang-orang bisa melihat pemandangan yang seperti sebuah gambar di kanvas dimana cahaya matahari terbenam terpantul di danau.
Aku memandangi kota dengan terpesona, napasku berhenti sesaat karena kecantikan kota yang disinari oleh warna biru dan merah dengan danau yang sangat luas di baliknya. Tidak terlalu sulit bagi Nerve Gears untuk menciptakan efek pencahayaan seperti ini dengan CPU generasi baru dan diamond semiconductor nya.
Teleport gate nya terletak di plaza didepan castle dan jalan utama, yang menuju keutara, melewati kota dengan dikelilingi oleh lampu-lampu jalan. Toko dan rumah terbaris dengan rapi di kedua sisi jalan, dan bahkan NPC disini berjalan berkeliling dengan pakaian yang terlihat bagus. Aku merentangkan tanganku dan menarik napas yang dalam, bahkan udara disini berbeda dari udara di Algade.
“Hmmm. Tempat ini luas dan hanya ada sedikit orang. Aku suka dengan tempat yang luas seperti ini.”
“Kalau begitu kenapa kau tidak pindah?”
“Aku tidak punya uang yang cukup,” Aku menjawab sambil menaikkan bahu ku, sebelum memperbaiki ekspresiku dan bertanya dengan ragu-ragu.
“…omong-omong, apa tidak apa-apa? Tadi…”
“…”
Seperti menyadari apa yang ingin aku katakan, Asuna berputar dengan kepalanya yang menghadap kebawah dan menjejakkan ujung sepatunya ke lantai.
“…memang benar kalau ada beberapa hal buruk yang terjadi ketika aku sendirian. Tapi, menempatkan pengawal untukku, itu terlalu berlebihan kan? Aku sudah bilang kalau aku tidak membutuhkan mereka tapi…para anggota mengatakan kalau itu adalah kewajiban guild.”
Dia berbicara lagi dengan suara pelan.
“Dulu, guildnya masih kecil dengan pemimpinnya mengundang orang secara langsung dengan berbicara dengan mereka. Tapi ketika jumlah anggotanya bertambah dan mulai berubah… ketika guild ini mulai di sebut sebagai guild terkuat atau sejenisnya, ada sesuatu yang menjadi sedikit aneh.”
Dia berhenti berbicara dan berputar sedikit. Matanya terlihat seperti dia ingin bergantung padaku dan aku tanpa sadar berhenti bernapas.
Aku harus mengatakan sesuatu. Aku berpikir begitu, tapi apa yang bisa dikatakan oleh seorang solo player egois sepertiku? Aku hanya diam tanpa berbicara selama beberapa detik.
Yang pertama mengalihkan pandangan adalah Asuna. Dia memandangi danau yang bermandikan cahaya remang dan berkata sesuatu seperti untuk menghilangkan kekakuan.
“Yah, itu tidak terlalu penting jadi kau tidak perlu khawatir! Jika kita tidak buru-buru pergi, mataharinya akan segera terbenam.”
Asuna berjalan duluan dan aku mengikutinya. kami berjalan melewati beberapa player tapi tidak ada satupun dari mereka yang melihat kearahnya.
Aku hanya tinggal disini selama beberapa hari ketika lantai ini masih menjadi garis depan, jadi aku tidak terlalu memperhatikan sekeliling. Ketika aku melihat kearah pahatan indah yang memenuhi kota, aku berpikir kalau tinggal di kota seperti ini untuk beberapa waktu tidaklah buruk. Tapi kemudian aku mengubah pikiranku dan memutuskan kalau lebih baik jika aku hanya datang kesini beberapa waktu sekali untuk melihat-lihat.
Rumah yang ditinggali Asuna adalah rumah bertingkat tiga yang kecil tapi indah yang bisa ditemukan dengan berjalan kearah timur dari area pusat kota selama beberapa menit. Tentu saja itu adalah pertama kalinya aku kesini. Sekarang jika dipikir-pikir, aku hanya berbicara dengan dia ketika dalam rapat boss fight; dan kami bahkan tidak pernah bersama-sama makan di restoran NPC sebelumnya. Ketika aku sadar akan hal ini, aku berhenti didepan pintu dan bertanya.
“Apakah ini…boleh? Kau tahu…”
“Apa? Ini kan sesuatu yang aku katakan sendiri, dan tidak ada tempat lain yang lebih cocok untuk memasak jadi tidak ada pilihan lain!”
Asuna membalikkan kepalanya dan naik ke tangga. Setelah menguatkan tekad, aku mengikutinya.
“Ma-maaf mengganggu.”
Aku membuka pintu dengan ragu-ragu lalu berdiri disana tanpa bisa berbicara.
Aku tidak pernah melihat rumah yang serapi ini sebelumnya. Ruang makan yang lebar dan dapur yang berada disampingnya mempunyai furniture yang terbuat dari kayu yang berwarna cerah, dan di dekorasi dengan kain hijau tua. Itu semua mungkin adalah item buatan player yang mempunyai kualitas tertinggi.
Tapi ruangannya tidak di dekorasi dengan berlebihan, ataupun membuatmu merasa tidak nyaman. Ini sangat berbeda dibandingkan rumahku. Aku merasa sangat lega karena aku tidak mengundangnya kerumahku.
“Erm…berapa uang yang kukeluarkan untuk membeli semua ini…?”
Mendengar pertanyaan materialistisku.
“Hmm-, rumah sekaligus furniturenya, sekitar 4000k? Aku mau ganti baju jadi duduklah dimanapun kau mau.”
Dia menjawabnya dengan ringan dan menghilang dibalik pintu. "K" adalah singkatan dari 1000. 4000k berarti 4 juta Coll. Aku tinggal di garis depan, jadi aku bisa menabung sebanyak itu jika aku mencobanya. Tapi aku selalu menghabiskannya untuk membeli item aneh atau pedang yang menarik perhatianku, jadi aku tidak pernah menabung. Aku memarahi diriku sendiri yang tidak bisa menabung, sesuatu yang bukan karakterku, dan duduk ke sofa yang lembut.
Asuna muncul setelah beberapa saat, mengganti seluruh pakaiannya menjadi baju putih yang simple dan rok yang sepanjang lutut. Yah, kubilang mengganti pakaian tapi dia tidak benar-benar melepas dan memakai bajunya sendiri. Yang perlu dilakukan adalah menggerakkan jarimu di stats window. Tapi ada beberapa detik dimana player hanya akan mengenakan pakaian dalam mereka. Jadi kecuali mereka adalah pria yang sangat tidak tahu malu, kebanyakan player, terutama perempuan, tidak mengganti baju di depan orang lain. Tubuh ini memang mungkin hanya kumpulan data yang dibentuk menjadi 3D, tapi pikiran seperti itu hilang setelah dua tahun berlalu, dan sekarang ini didepan mataku ada tangan dan kaki Asuna yang tidak ditutupi oleh apapun.
Asuna, tidak sadar akan apa yang kupikirkan, melemparkan pandangan tajam kearahku dan berkata.
“Apa kau berencana untuk tetap berpakaian seperti itu?”
Aku buru-buru membuka menu screen ku dan melepas jaket dan pedang ku. Setelah melakukannya, aku mengeluarkan <Ragout Rabbit’s meat> dan menaruhnya kedalam mangkuk keramik diatas meja didepanku.
“Jadi ini bahan makanan rangking S yang legendaris-. …Lalu, apa yang harus kubuat?”
“Re-rekomendasi juru masak.”
“Oh…? Kalau begitu, aku akan membuat stew, karena ada kata <ragout> di namanya.”
Asuna menuju keruang sebelah; Aku mengikutinya.
Dapurnya luas, dan berbagai alat memasak yang terletak disamping oven terlihat agak mahal. Asuna meng click dua kali di permukaan oven, mengatur waktu di pop up window yang muncul, dan mengeluarkan panci logam dari lemari. Dia menaruh daging mentah, memasukkan beberapa herb, dan menuangkan air kedalamnya sebelum menutup pancinya.
“Jika ini memasak sungguhan, akan perlu membuat beberapa persiapan terlebih dahulu. Tapi memasak di SAO sangat singkat hingga menjadi tidak menyenangkan.”
Dia menaruh pancinya didalam oven dan menekan tombol "start" di menu sambil menggerutu. Bahkan sambil menunggu selama 300 detik, dia membuat berbagai macam makanan lainnya dengan cepat. Aku melihatnya sambil bengong karena terpana, sebab dia tidak melakukan kesalahan sedikitpun dalam mengoperasikan menu dan mempersiapkan makanan.
Hanya dalam lima menit, mejanya sudah penuh dengan makanan dan Asuna dan aku duduk berhadapan di depan meja. Stew yang berwarna coklat itu terlihat sangat enak di depan mataku. Baunya yang tercium bersamaan dengan uap yang keluar membuatku semakin lapar. Saus yang lembut menutupi daging yang tebal dan krim putih yang berada diatasnya sangat mempesona.
Kami mengangkat sendok bersamaan, dan merasa kalau waktu untuk berkata "selamat makan" bahkan terlalu panjang. Lalu kami memakan sesendok penuh makanan terbaik yang pernah ada di SAO. Aku merasakan panas dan rasanya didalam mulutku ketika aku menggigit dagingnya, dan cairan didalamnya meleleh dimulutku.
Makan di SAO tidak memperhitungkan perasaan dari menggigit makanannya. Melainkan menggunakan <Taste Reproduction Engine> yang dibuat oleh Agas dan para programer pendesain yang bekerja sama.
Sinyal itu mengirimkan sensasi <makan> yang telah diprogram dari berbagai makanan dan bisa membuat pengunanya merasa seperti mereka benar-benar memakan sesuatu. Itu sebenarnya dibuat untuk orang-orang yang sedang diet atau butuh membatasi jumlah makanan yang mereka makan, jadi Nerve Gear mengirimkan sinyal palsu ke bagian dari otak yang merespon panas, rasa, dan bau untuk membuat perasaan itu. Dengan kata lain, tubuh asli kami tidak benar-benar makan sesuatu sekarag ini dan yang sebenarnya terjadi adalah programnya mengirimkan sinyal secara acak untuk merangsang otak kami.
Tapu memikirkan hal seperti itu di situasi ini tidaklah keren. Aku tidak salah lagi sedang memakan makanan terbaik yang pernah kurasakan sejak log in ke SAO. Asuna dan aku tidak mengatakan apapun dan melanjutkan makan kami.
Akhirnya, setelah kami memakan habis semua makanan kami—dan membiarkan piring dan panci kosong didepannya, Asuna menghela napasnya.
“Ah…Senangnya aku masih hidup hingga sekarang…”
Aku benar-benar setuju. Merasakan kenikmatan dari memenuhi kebutuhan dasar setelah lama tidak makan, aku meneguk teh yang berbau misterius didepanku. Apakah rasa dari daging yang baru makan dan teh yang kuminum ini benar-benar ada di dunia nyata? Atau itu hanyalah buatan dengan memanipulasi sistem? Aku memikirkan hal-hal tersebut sambil bengong.
Asuna, yang duduk didepanku dengan segelas teh di yang dipegang di kedua tangannya, memecah keheningan yang ada sejak setelah makan.
“Entah kenapa ini berasa aneh… Bagaimana mengatakannya ya, Aku merasa seperti kalau aku lahir di dunia ini dan telah hidup di sini hingga sekarang atau seperti itulah.”
“…aku juga. Akhir-akhir ini ada hari-hari dimana aku tidak memikirkan sama sekali tentang dunia yang satu lagi. Bukan hanya aku saja… Sekarang ini tidak banyak orang yang masih terobsesi untuk ‘clearing’ atau ‘keluar’ dari SAO.”
“Kecepatan menjelajah lantai juga semakin berkurang. Sekarang hanya ada sekitar lima ratus player di garis depan. Itu bukan karena bahayanya, tapi…semua orang, telah menjadi terbiasa dengan dunia ini…”
Aku memandangi wajah cantik Asuna yang disinari oleh lampu orange.
Wajah itu tentu saja bukan wajah manusia asli. Kulit yang halusdan rambut yang mengkilap, itu terlalu cantik untuk dimiliki oleh makhluk hidup. Tapi bagiku, wajah itu tidak lagi terlihat seperti dibuat oleh kumpulan polygon. Sekarang aku bisa menerima hal itu apa adanya. Jika aku kembali ke dunia nyata dan melihat orang asli, aku mungkin akan merasa aneh.
Apa aku benar-benar berpikir kalau aku ingin kembali…ke dunia itu…?
Aku dibingungkan dengan pikiran yang muncul tiba-tiba. Aku selalu bangun pagi-pagi dan mencari experience point sambil memetakan labyrinth. Apa ini karena aku ingin keluar dari game ini?
Dulu aku memang memiliki keinginan seperti itu. Aku ingin keluar secepat mungkin dari death game yang kau tidak tahu kapan kau akan mati ini. Tapi sekarang aku telah terbiasa dengan game ini-.
“Tapi aku ingin kembali.”
Asuna berkata dengan suara yang jelas seperti dia telah melihat kebingunganku. Aku segera mengangkat kepalaku.
Asuna tersenyum padaku karena suatu alasan dan meneruskan.
“Karena, ada begitu banyak hal yang masih belum kulakukan.”
Aku mengangguk dengan keinginanku sendiri mendengar kata-katanya.
“Ya, kupikir kita harus melakukan yang terbaik yang kita bisa. Aku tidak mungkin bisa memandang kearah wajah para technician yang mendukung kita jika aku tidak melakukannya…”
Aku meminum teh lagi, seakan untuk menghilangkan kebingunganku. Lantai teratas masih sangat jauh. Jadi masih belum terlambat untuk memikirkan hal ini.
Merasa sedikit tenang, aku melihat kearah Asuna sambil memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengucapkan terima kasih. Lalu wajah Asuna memerah dan sambil melambaikan tangannya dia berkata.
“J-J, Jangan.”
“A-Apa?”
“Beberapa player pria melamarku ketika mereka menunjukan ekspresi seperti itu diwajah mereka.”
“Wha…”
Meski aku telah menguasai skill bertarungku, aku tidak pernah mengalami hal itu sebelumnya, jadi aku hanya bisa membuka dan menutup mulutku tanpa bisa membalas perkataannya.
Asuna melihat kearahku dan tertawa. Aku pasti terlihat agak aneh sekarang.
“Jadi apa tidak ada orang yang dekat denganmu?”
“Memangnya kenapa…? Yah, itu tidak apa-apa, lagian aku kan seorang solo.”
“Yah, Karena kau memainkan MMORPG seharusnya kau berteman dengan beberapa orang.”
Asuna menghilangkan senyumannya dan bertanya, seperti dia tiba-tiba menjadi seperti seorang guru atau seorang kakak perempuan.
“Apa kau tidak pernah berpikir untuk bergabung dengan sebuah guild?”
“Eh…”
“Aku mengerti kalau seorang beta tester sepertimu tidak terbiasa berkelompok, tapi…”
Ekspresinya menjadi semakin serius.
“Setelah lantai tujuh puluhan, kupikir semakin banyak jenis monster yang muncul secara acak.”
Aku juga menyadarinya. Apakah programmernya berencana untuk membuat taktik CPU nya semakin sulit dibaca, ataukah itu adalah hasil dari programnya yang benar-benar belajar dengan sendirinya? Jika yang terakhir benar, maka ini akan menjadi semakin susah.
“Jika kau seorang solo, akan semakin susah untuk mengatasi situasi tak terduga. Kau tidak selalu bisa kabur. Akan lebih aman jika kau bersama dengan sebuah grup.”
“Aku punya cukup banyak jaring pengaman. Terima kasih atas saranmu, tapi…kalau guild, itu…”
Akan lebih baik jika aku berhenti disitu, tapi aku malah meneruskannya.
“Anggota grup lebih sering membebaniku daripada menolong.”
“Oh, benarkah?”
Flash, sebuah garis perak terlihat memotong udara didepanku, dan ketika aku menyadarinya, pisau Asuna sudah berada tepat didepan hidungku. Itu adalah skill dasar rapier yang bernama, <Linear>. Yah, kubilang sih dasar, tapi karena dexterity Asuna yang sangat besar, kecepatannya sangat menakutkan. Sejujurnya, aku bahkan tidak bisa melihat jejak senjatanya.
Dengan senyuman terpaksa, aku mengangkat tanganku menyerah.
“…baiklah, kau pengecualian.”
“Hmmph.”
Dia menarik pisaunya dengan ekspresi bosanm dan memutarkannya dengan jarinya sambil mengatakan sesuatu yang tidak bisa kuduga.
“Kalau begitu partylah denganku. Sebagai ketua dari party untuk melawan boss, aku akan melihat apakah kau sekuat apa yang dikatakan oleh rumor. Aku telah menunjukkanmu kalau aku cukup kuat. Selain itu, warna keberuntungan minggu ini adalah hitam.”
“Apa, Apa yang kau katakan!?”
Aku hampir saja terjatuh karena pernyataan yang gila itu dan segera mencari kata-kata untuk menolaknya.
“Tapi…jika kau melakukan itu, bagaimana dengan guildmu!?”
“Guild kami tidak memiliki level quota.”
“K-kalau begitu bagaimana dengan pengawal-pengawalmu?”
“Aku akan meninggalkan mereka.”
Aku mengangkat gelas tehku ke mulutku untuk menambah sedikit waktu untuk berpikir tapi akhirnya aku sadar kalau gelasku sudah kosong. Asuna mengambilnya dari tanganku dengan ekspresi puas diwajahnya dan mengisinya kembali dengan cairan panas dari dalam teko.
Sebenarnya—itu adalah tawaran yang menarik. Hampir semua pria ingin membuat party dengan seseorang yang dikatakan sebagai gadis tercantik di Aincrad. Tapi karena itulah, aku terus menanyakan kepada diriku sendiri kenapa orang terkenal seperti Asuna mau membuat party denganku.
Mungkin karena dia mengasihaniku karena aku adalah seorang player solo yang menyendiri? Sesuatu yang kukatakan tanpa sadar karena kepalaku dipenuhi oleh pikiran negative seperti itu hampir saja membuat hidupku berakhir.
“Garis depan sangat berbahaya.”
Asuna mengangkat pisaunya yang terlihat agak lebih mengkilap dari sebelumnya lagi. Aku mengangguk secepat yang ku bisa. Bahkan dengan keraguanku tentang mengapa dia memilihku yang tidak terlalu mencolok diantara orang-orang yang mencoba menyelesaikan game ini, aku mengatakan dengan penuh resolusi.
“O-Oke. Kalau begitu…Aku akan menunggu di depan gerbang lantai 74, besok pagi jam sembilan.”
Asuna menjawabnya dengan senyuman percaya diri sambil menurunkan tangannya.
Tidak tahu berapa lama aku bisa berada di rumah seorang perempuan tanpa melakukan hal yang tidak sopan, aku mengatakan ucapan perpisahan segera setelah kami selesai makan. Ketika Asuna menemaniku ke pintu depan rumahnya, dia menganggukkan kepalanya sedikit dan berkata.
“Yah…Kupikir aku harus berterima kasih untuk hari ini. Makanannya sangat enak.”
“Ah aku, aku juga. Aku ingin minta tolong padamu lagi…tapi kupikir tidak semudah itu aku bisa mendapatkan bahan makanan seperti itu lagi.”
“Oh, bahkan makanan biasa terasa berbeda jika kau cukup ahli.”
Asuna menjawab sebelum menengokan kepalanya keatas untuk melihat langit. Langitnya sudah sepenuhnya diselimuti oleh kegelapan malam. Tapi, tentu saja kau tidak bisa melihat bintang. Ada besi dan batu berwarna gelap yang menutupinya seratus meter diatas udara. Aku mengarahkan kepalaku keatas juga sambil berkata.
“…situasi ini, dunia ini, apa ini yang mau dibuat oleh Kayaba Akihiko…?”
Kami berdua tidak bisa menjawab pertanyaan yang setengahnya ditujukan pada diriku sendiri.
Kayaba, yang pastinya sedang mengamati dunia ini sambil bersembunyi entah dimana, apa yang dapat dia pikirkan? Situasi damai ini yang datang setelah kekacauan yang penuh darah di awal, apakah dia puas ataukah dia kecewa? Tidak mungkin aku bisa tahu.
Ketika Asuna berjalan mendekatiku dengan tenang, aku bisa merasakan sedikit kehangatan di tanganku. Apakah aku hanya membayangkannya, ataukah itu adalah hasil dari simulator yang sangat patuh ini?
6 November 2022 adalah hari dimulainya death game ini, dan sekarang sudah mendekati akhir dari Oktober 2024. Sekarangpun setelah hampir dua tahun, masih belum ada satupun pesan yang datang dari dunia luar, apalagi tanda-tanda pertolongan. Yang bisa kami lakukan adalah hidup dan berjalan, selangkah demi selangkah, menuju ke puncak.
Satu hari lagi terlewati di Aincrad ketika aku memikirkan hal ini. Kemana kami pergi, atau apa yang menunggu kami diakhir, itu semua hanyalah kumpulan hal yang masih belum kami ketahui. Jalan di depan masih panjang, dan cahayanya redup. Tapi—ada beberapa hal baik juga.
Ketika aku melihat kearah besi penutup diatas, aku membiarkan imaginasiku terbang menuju dunia asing yang masih belum kulihat. 

Sumber by : http://indrasitomcat.blogspot.com/2012/11/download-novel-sword-art-online-sao_23.html


kalo mau download animenya gw saranin di animehere gan.
SAO Download